CATATAN.CO.ID, Sampit – Keberadaan bekantan kian terancam di Kotawaringin Timur. Kini jumlah monyet endemik berhidung panjang ini semakin sedikit
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit, Muriansyah mengungkap, populasi bekantan menyusut dan kian terdesak akibat habitatnya yang menciut.
“Sudah sangat sedikit sekali. Bekantan ini terdesak hingga akhirnya berani mencari makan dekat permukiman warga,” ungkap Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, Muriansyah, Rabu, 16 Maret 2022.
Primata ini bertahan hidup dengan memakan pucuk daun. Sementara ini pohon-pohon yang daunnya biasa dimakannya banyak ditebang untuk keperluan perluasan perkebunan dan permukiman.
“Makanya bisa sampai masuk ke permukiman warga. Mereka mencari makan,”katanya.
Kasus bekantan masuk permukiman warga baru-baru ini terjadi. Padahal sebelumnya bekantan biasanya hanya bisa ditemukan di kawasan hutan di sepanjang Sungai Mentaya.
Kini jumlahnya pun diyakini semakin sedikit. Hasil pemantauan pihak BKSDA jumlah bekantan dalam satu kelompok berjumlah puluhan ekor. Namun kini jarang ditemukan dalam kelompok. Meski berkelompok pun jumlahnya hanya berkisar belasan ekor.
“Dulu masih mudah ditemukan di tepian Sungai Mentaya, di hutan sekitar Kecamatan Seranau. Sekarang sangat jarang,” katanya.
Bekantan merupakan jenis primata berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan. Bekantan merupakan hewan endemik pulau Kalimantan yang tersebar di hutan bakau, rawa dan hutan pantai. Ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. (C1)