Disdik Kotim Ingatkan Awasi Anak agar Tak Kecanduan Gim Online  

Anak bermain gim online (ilustrasi Microsoft AI image)
Anak bermain gim online (ilustrasi Microsoft AI image)

CATATAN.CO.ID, Sampit –  Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Muhammad Irfansyah, mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua dan sekolah dalam membimbing anak-anak agar tidak kecanduan gim online.

Menurutnya, salah satu contoh nyata dampak buruk akibat kebiasaan bermain gim online, yakni dapat mempengaruhi pola tutur kata anak.

Tidak sedikit anak-anak yang mulai terbiasa berkata kasar, bahkan menggunakan istilah yang tidak pantas di usia dini.

“Kemajuan teknologi ini membawa dampak besar bagi kehidupan, termasuk bagi anak-anak. Banyak anak yang meniru bahasa kasar dari lingkungan digital, termasuk dari game online dan media sosial. Jika tidak diawasi, hal ini bisa berdampak pada karakter dan perilaku mereka sehari-hari,” kata Muhammad Irfansyah, Rabu, 5 Februari 2025.

Dia menekankan, pihak sekolah, komite pendidikan, serta orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam mendidik generasi muda agar memiliki etika berbahasa yang baik.

Selain itu, pengaruh negatif dari teknologi seperti kecanduan bermain gim online atau medsos juga dapat memicu perilaku seperti perundungan (bullying) atau bahkan kekerasan verbal di lingkungan sekolah.

“Pihak sekolah hendaknya rutin memberikan pengingat kepada siswa, misalnya setelah senam pagi, saat upacara, atau sebelum pelajaran dimulai, agar mereka terbiasa menggunakan tutur kata yang baik,” jelasnya.

Di sisi lain, orang tua diharapkan lebih aktif dalam mengawasi aktivitas anak saat bermain game online atau mengakses media sosial. Pendampingan yang tepat akan membantu anak-anak memahami mana yang baik dan buruk dalam berkomunikasi.

“Bagi anak-anak yang beragama Islam, misalnya, jika kalah dalam permainan bisa mengucapkan Astagfirullah, dan jika menang bisa mengucapkan Subhanallah. Pembiasaan seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan mereka,” tambahnya.

Irfansyah menegaskan bahwa anak-anak adalah pribadi yang polos dan masih dalam tahap belajar berkomunikasi. Mereka cenderung meniru apa yang sering mereka dengar dan tonton. Oleh karena itu, lingkungan sekitar harus memberikan contoh yang baik agar anak-anak terbiasa dengan tutur kata yang sopan dan positif.

“Dengan kerja sama yang baik antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, kita bisa memastikan anak-anak tumbuh dengan karakter yang kuat dan berbudi pekerti luhur,” tutupnya.  (C10)

hut kotim 72 catatan.co.id

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *