CATATAN.CO.ID, Sampit – Masyarakat tampak bergotong royong membuat bubur baayak di Jalan Ir H Juanda, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur. Mereka memaknainya untuk menjalin silaturahmi karena mendatangkan banyak warga.
“Ini sebenarnya tradisi melayu untuk membagikan sesuatu yang manis di hari Rabu terakhir bulan Safar,” kata seorang warga yang turut dalam proses pembuatan bubur Baayak, Idar, Rabu, 13 September 2023.
Idar mengisahkan, tradisi berbagi bubur baayak pada Arba Mustamir Safar atau hari Rabu terakhir bulan Safar merupakan tradisi tolak bala. Namun kini ia memaknainya sedekah dan silaturahmi.
“Sedekah karena kami bagikan secara gratis dan silaturahmi karena mengumpulkan banyak orang,” katanya.
Pembuatan bubur baayak melibatkan warga sekitar. Mereka bahu membahu mengaduk adonan bubur di atas wajan selama kurang lebih 2 jam.
Salah satu proses yang cukup unik ketika dua orang laki-laki memegangi ujung gagang kayu di atas wajan. Di tengahnya terpasang sebuah saringan. Lalu seseorang menuangkan adonan, disambut seorang ibu menekan adonan agar jatuh ke dalam wajan.
Proses tersebut yang menjadikan nama bubur baayak. Dari bahasa Banjar ayak yang artinya saring atau melalui proses penyaringan saat mengolahnya.
Proses penyaringa itu memunculkan tekstur pada bubur baayak. Rasanya pun manis dan berwarna cokelat karena dicampur gula merah.
“Bubur baayak terbuat dari tepung beras, gula pasir, gula merah, air dan santan. Bahan tersebut dicampur dan terus diaduk sampai mengental,” kaya dia. (C4)