CATATAN.CO.ID, Sampit – Tidak hujan selama dua pekan, Sungai Hantipan di Desa Hantipan, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur mengalami pendangkalan. Padahal sungai ini menjadi akses utama tranportasi air bagi warga dari Kotim menuju Katingan bagian hilir atau sebaliknya.
“Keadaan air Sungai Hantipan mengering apabila memasuki musim kemarau, padahal sungai ini merupakan jalur paling aman dilalui,” kata warga Hantipan, Jenah, Kamis, 5 Januari 2023.
Sungai Hantipan merupakan jalur yang biasa dilewati masyarakat Kotim maupun masyarakat Katingan untuk sampai ke tujuan mereka. Sejauh ini belum ada transportasi atau akses darat di dua kawasan ini. Sehingga tranportasi air merupakan satu-satunya sebagai akses kedua wilayah.
Namun akibat hujan yang tak kunjung turun sungai mengalami pendangkalan sehingga menghambat proses transportasi lintas kabupaten.
“Biasanya kalau sungai tidak dangkal hanya menggunakan satu kelotok. Tapi karena sungai dangkal jadi harus berganti kelotok ke yang lebih kecil untuk sampai ketujuan,” ujarnya.
Selain itu, akibat pendangkalan tersebut juga menyebabkan biaya naik kelotok menjadi naik. Ini disebabkan karena kelotok harus estafet.
“Kalau kelotoknya berganti ongkos lebih mahal. Tarif normal Rp200 ribu, sekarang jadi Rp250 ribu hingga Rp275 ribu,” imbuh Uswatun Khasanah, pengguna jasa transportasi air di sana.
Selain itu, akibat dangkalnya sungai aktivitas masyarakat terganggu. Beberapa kegiatan jadi terhenti. Seperti yang biasa ke kebun menggunakan kelotok saat ini tidak bisa lagi menggunakan kelotok.
Warga juga mengeluhkan air sungai jadi keruh. Hingga sulit mencari air bersih untuk keperluan sehari-hari.
“Kalau untuk mandi dan mencuci kita perlu menampung air terlebih dahulu lalu menunggunya jernih agar bisa digunakan,” ujarnya. (C11)