CATATAN.CO.ID, Sampit – Petani jamur tiram ditaksir mampu menghasilkan keuntungan mencapai Rp 5 juta dalam sekali panen. Hal ini disampaikan Penyuluh di Dinas Pertanian (Distan) Kotawaringin Timur Marsana. Ia menjadi salah satu pemateri pada program penyuluhan budidaya jamur tiram di Baamang, Selasa, 4 Oktober 2022.
“Perhitungannya 1.000 baglog (media tanam jamur tiram), bisa mencapai Rp 2,67 juta. Kalau ruangannya sebesar ini, butuh 2.000 baglog,” ujar Marsana.
Ruangan yang dimaksud adalah ruangan budidaya jamur yang dihibahkan kepada masyarakat di Baaamang dari dana aspirasi DPRD Kotim melalui Distan Kotim. Berdasarkan perhitungan, jika 1.000 baglog, Rp Rp 2,67 juta. Artinya, kapasitas 2.000 baglog yang mampu ditampung ruangan tersebut, dapat memberikan keuntungan dua kali lipatnya atau senilai Rp 5,34 juta.
Dalam penyuluhan ini, Marsana membagikan secara detail bagaimana tata cara budidaya jamur tiram dengan media baglog. Bahan utama baglog komposisi 80% serbuk gergaji. Jamur tiram memang sering disebut jamur kayu. Selain serbuk gergaji, dalam baglog juga terdapat komposisi lainnya, yakni katul 15%, dolomit 3%, dan tepung terigu 2%. Setelah menjadi baglog, adonan dari bahan-bahan tersebut ditambahkan dengan air dan diaduk. Kadar air yang diberikan harus pas.
“Kalau airnya netes, berarti airnya kebanyakan,” jelas Marsana kepada peserta program penyuluhan yang merupakan komunitas petani milenial.
Kemudian, baglog dimasukkan ke dalam drum atau tangki dan dikukus. Baglog yang ideal beratnya berkisar 1,2 kg – 1,4 kg. Pengukusan menggunakan suhu 100 derajat Celcius selama 6 jam, lalu baglog didiamkan total tiga hari tiga malam.
Setelah baglog siap, baglog dapat ditanam bibit jamur tiram. Penuangan bibit harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam kondisi steril. Baglog yang sudah berisi bibit tersebut didiamkan selama 1 bulan. Jika baglog bagus, miselium berwarna putih akan tumbuh memenuhi baglog. Dalam kurun waktu 15 hari, jamur tiram bertumbuh dan siap dipanen.
Kepala Bidang Penyuluhan Distan Kotim, Totok Tristijono mengatakan, program penyuluhan budidaya jamur tiram ini memilikki tiga tujuan utama. Pertama, program ini memberikan atau menambahkan ilmu pengetahuan di kalangan petani. Kedua, menambah keterampilan para petani jamur, sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dan efisien.
Terakhir adalah mengubah perspektif petani jamur. Sebelumnya, petani jamur hanya memanfaatkan budidaya jamur tiram untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Padahal, petani jamur dapat melihat peluang pasar yang lebih besar dari jamur tiram tersebut.
“Ketiga, tujuannya itu mengubah sikap atau attitude petani. Dulu kan waktu zaman bapak saya, petani itu hanya memandang hasil panen untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sekarang harus diubah, petani harus bisa melihat pasar,” terang Totok. (C10)