DPRD Kotim akan Koordinasi dengan Pemkab soal Relokasi Warga Desa Rantau Suang Terdampak Banjir

Foto kiri kondisi banjir di Desa Rantau Suang, Selasa, 8 Oktober 2024 dan foto kanan Kepala Desa Rantau Suang Sider
Foto kiri kondisi banjir di Desa Rantau Suang, Selasa, 8 Oktober 2024 dan foto kanan Kepala Desa Rantau Suang Sider

CATATAN.CO.ID, Sampit – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rimbun, mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait permintaan warga Desa Rantau Suang, Kecamatan Telaga Antang, untuk relokasi akibat dampak banjir yang kerap melanda desa tersebut.

“Koordinasi dengan pemerintah daerah dan provinsi akan kami lakukan segera. Jika memang relokasi menjadi solusi terbaik, kami akan bersama-sama mengupayakannya. Kami juga akan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk memberikan bantuan kepada warga pasca bencana ini,” kata Rimbun, Senin, 14 Oktober 2024.

Rimbun juga menegaskan bahwa ia akan turun langsung memantau kondisi di lapangan, khususnya mengingat Desa Rantau Suang merupakan bagian dari Daerah Pemilihan (Dapil) 5 yang menjadi wilayah fokus perhatiannya.

“Kami pasti akan turun untuk memastikan bahwa segala tindakan dan rencana yang diambil sesuai dengan kebutuhan warga,” tambah Rimbun.

Dengan adanya koordinasi antara DPRD, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Pemkab Kotim), dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, diharapkan proses relokasi dapat berjalan dengan cepat. Hal ini akan memberikan solusi bagi warga Desa Rantau Suang yang terus-terusan terdampak banjir.

Sebelumnya, Kepala Desa Rantau Suang, Sider, mengungkapkan bahwa banjir sudah menjadi masalah tahunan bagi warganya. Terlebih lagi, pada 8 Oktober 2024, air Sungai Mentaya tiba-tiba meluap tanpa ada hujan sebelumnya, menyebabkan banjir yang menggenangi desa tersebut.

“Banjir biasanya berlangsung antara 6 hingga 9 jam, tetapi arusnya sangat deras dan membahayakan. Banyak ternak yang hanyut, dan akses jalan ke desa hampir terputus,” kata Sider. Ia menjelaskan bahwa fenomena banjir ini sering terjadi tanpa peringatan, yang kemungkinan besar disebabkan oleh curah hujan di daerah hulu sungai.

Banjir di Desa Rantau Suang bukanlah hal baru. Pada tahun 2001, desa ini mengalami banjir setinggi tiga meter yang menyebabkan dua rumah warga hanyut terbawa arus. Saat ini, ada 40 rumah yang dihuni oleh 51 kepala keluarga (KK), yang terus-menerus terdampak banjir. Sebagian besar rumah di desa tersebut terbuat dari kayu tua, yang berisiko terbawa arus jika terjadi banjir besar.

Warga, menurut Sider, sudah sangat berharap agar mereka bisa direlokasi ke tempat yang lebih aman. “Saya pribadi siap menghibahkan tanah saya jika ada bantuan dari pemerintah untuk membangun perumahan yang lebih aman,” katanya.

Sider menambahkan bahwa beberapa tahun lalu ada program Bina Desa yang sempat dilaksanakan, namun hanya beberapa warga yang dapat ikut dalam program tersebut. Warga yang masih memiliki rumah memilih bertahan meskipun terus-menerus terdampak banjir.

“Dulu ada program Bina Desa, tetapi hanya untuk warga yang tidak memiliki rumah. Warga yang masih memiliki rumah memilih untuk tetap tinggal, dan sekarang mereka terus terdampak banjir,” ujar Sider.

Dengan adanya perhatian dan koordinasi dari DPRD Kotim dan pemerintah daerah, diharapkan solusi relokasi ini dapat segera terealisasi demi kesejahteraan dan keselamatan warga Desa Rantau Suang. (C4)

Ucapan Selamat Lebaran Catatan 2024

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *