CATATAN.CO.ID, Sampit – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kotawaringin Timur (Kotim) tengah melakukan identifikasi lahan untuk program cetak sawah. Hingga saat ini, sekitar 9.370 hektare lahan telah terdata dari target keseluruhan seluas 58.000 hektare. Lahan-lahan ini tersebar di 9 kecamatan, 4 kelurahan, dan 20 desa di wilayah Kotim.
Kepala DPKP Kotim, Sepnita, menjelaskan bahwa lokasi cetak sawah ini mencakup area Areal Penggunaan Lain (APL), Hutan Produksi (HP), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Menurutnya, sisanya seluas 48.000 hektare akan diverifikasi oleh pemerintah pusat, yang dijadwalkan datang sebelum Desember 2024.
“Verifikasi dari pemerintah pusat masih menunggu, namun kami optimis bahwa target ini akan tercapai. Lokasi yang sudah diidentifikasi mencakup berbagai tipe lahan, dan program ini diharapkan dapat berjalan sesuai rencana,” ungkap Sepnita pada Senin, 21 Oktober 2024.
Program cetak sawah ini merupakan bagian dari inisiatif nasional yang juga diterapkan di beberapa wilayah lain, termasuk Papua. Untuk Kalimantan Tengah, pemerintah pusat menilai Kotim memiliki potensi besar untuk menjadi lumbung pangan utama di provinsi ini.
Meskipun program ini disambut positif, terdapat kekhawatiran dari masyarakat dan pihak DPRD terkait pengelolaan lahan yang telah dicetak. Salah satu isu yang mencuat adalah siapa yang akan menanam padi jika tidak ada petani yang siap mengelola lahan tersebut.
Menanggapi hal ini, Sepnita menyebutkan bahwa pemerintah pusat telah menemukan solusi melalui kerja sama dengan Sucofindo. “Jika memang tidak ada petani yang siap mengelola lahan, Sucofindo akan bertindak sebagai pengelola. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir,” tambahnya.
Sepnita berharap bahwa program cetak sawah ini dapat berjalan sesuai dengan rencana Kementerian Pertanian, dan pada akhirnya, Kotim bisa menjadi salah satu sentra pangan andalan di Kalimantan Tengah.
Dengan terealisasinya program ini, Kotim diharapkan berperan penting dalam mendukung ketahanan pangan di tingkat daerah maupun nasional. Kotim pun diproyeksikan menjadi wilayah strategis dalam produksi pangan di Kalimantan Tengah. (C4)