Disangka Fenomena Aneh, ‘Salju’ di Sampit Ternyata Ulah AI

Suatu tempat mirip kawasan Terowongan Nur Mentaya dilanda musim dingin bersalju yang dibuat dengan kecerdasan buatan dan viral di media sosial.
Suatu tempat mirip kawasan Terowongan Nur Mentaya dilanda musim dingin bersalju yang dibuat dengan kecerdasan buatan dan viral di media sosial.

CATATAN.CO.ID, Sampit – Warganet sempat dibuat bingung dan heboh dengan kemunculan  video yang memperlihatkan Kota Sampit seolah-olah diselimuti salju. Jalan protokol, taman kota, hingga pemukiman warga tampak putih seperti musim dingin di luar negeri. Tapi setelah ditelusuri, ‘salju’ itu ternyata bukan fenomena alam, melainkan hasil olahan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Konten-konten ini ramai beredar di berbagai platform media sosial, seperti TikTok, Facebook, dan Instagram. Beberapa akun mengunggahnya dengan narasi seolah-olah salju benar-benar turun di Sampit. Tak sedikit pula yang mengaku sebagai warga Sampit yang “mengabadikan” momen langka tersebut.

Reaksinya? Campur aduk. Ada yang percaya, ada yang langsung curiga.

“Aduh sempat percaya dong! Ternyata AI toh… tapi hasilnya keren sih, rapi banget editannya, cuma memang ada beberapa yang minim misalnya telapak kaki yang dihasilkan ketika menginjak salju tak begitu terlihat, ” komentar akun Instagram Adinata Saputra.

Namun ada juga yang menyayangkan karena tak semua warganet memiliki literasi digital yang cukup untuk membedakan mana konten nyata dan mana yang hasil manipulasi.

“Lucu sih buat hiburan, tapi kalau tidak dikasih penjelasan, bisa menyesatkan orang yang enggak paham,” tulis Nelly pengguna Facebook.

Masyarakat pun dimintai paham bahwa fenomena alam seperti salju tak mungkin terjadi di wilayah tropis seperti Sampit.

“Kami imbau masyarakat untuk tidak langsung percaya dan tetap bijak saat menerima informasi di media sosial,” ujar Kepala Diskominfo Kotim, Marjuki.

Kreativitas menggunakan teknologi AI memang kian populer, termasuk dalam membuat konten visual yang unik dan estetik. Namun, jika tanpa konteks atau penjelasan, konten seperti ini bisa memicu kebingungan bahkan disinformasi.

Pengamat media digital, Eko Purwanto, menilai fenomena ini sebagai pengingat pentingnya literasi digital di era teknologi canggih.

“AI bisa jadi alat kreasi yang luar biasa, tapi juga bisa memanipulasi realita. Kreator harus bertanggung jawab, dan publik harus cerdas dalam memilah konten,” ujarnya.

Meski sempat bikin geger, konten “Sampit bersalju” kini justru menjadi bahan candaan dan hiburan warga. Tak sedikit pula yang justru tertarik belajar cara membuat konten serupa. (C1 /*)

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *