Catatan dari Khotbah Idulfitri 1444 Hijriah di Tepi Sungai Mentaya

Jemaah berdatangan ke lokasi salat Idulfitri di Pelabuhan Sampit Sabtu 22 April 2023
Jemaah berdatangan ke lokasi salat Idulfitri di Pelabuhan Sampit Sabtu 22 April 2023

CATATAN.CO.ID, Sampit – Umat Muslim di penjuru negeri merayakan Idulfitri dengan hikmat dan suka cita. Tak terkecuali di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Kendati demikian, umat diingatkan agar tak terlena dengan perayaan. Apalagi perayaan yang berlebihan.

Umat diharapkan merenungi perjalanan spiritual yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadan dan menerapkan di bulan-bulan lainnya.

Hal itulah yang disampaikan Ustaz Rizky Soesilo Hafizhahullah dalam khotbahnya yang berjudul Akankah Ada Kesempatan Kedua?

Rizky mengajak ratusan jemaah yang melaksanakan Salat Idulfitri di Pelabuhan Sampit untuk bersyulur aras nikmat yang telah Allah berikan, Sabtu, 22 April 2023.

“Dalam Surah An-Nahl ayat 18 disebutkan dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang,” katanya membacakan auat Alquran.

Ia juga menyampaikan sejumlah wasiat yang disampaikan Rasulullah, di antaranya senantiasa mengingat Allah di setiap kehidupan dunia.

Diingatkannya umat akan dihadapkan dengan perselelisihan yang banyak. Sebab itu, tambahnya, peganglah sunah seerat-eratnya. Seperti menggigit demgan gigi geraham.

Idulfitri adalah kebahagian bagi Muslim. Hari itu adalah kegembiraan dan kemenangan bagi yang berpuasa. Kemenangan dalam melawan hawa nafsu yang dilakukan selama Ramadan.

“Barangsiapa berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni, ” katanya menukil hadist riwayat Bukhari nomor dan Muslim nomor 760.

Saat Idulfitri disunahkan untuk saling mendoakan. Tidak ada kalimat yang lebih indah selain Taqaballahu minna waminqum, artinya semiga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kalian semua.

Di tengah kebahagian itu, ada kesedihan tersendiri bagi orang yang beriman. Kesedihan apakah tetap bisa merapatkan saf, membaca Alquran, menahan nafsu, dan mencari malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Sebab di tahun lalu banyak mereka yang berkeinginan merapatkan saf, membaca Alquran, menahan nafsu di siang hari. Namun saat ini kematian telah menyergap mereka.

“Apakah kita akan mendapatkan kesempatan kedua? Apakah tidak cukup kabar kematian untuk kita? Bahkan kematian orang-orang terdekat dengam kita,” katanya.

Ia pun menyerukan untuk memperbanyak
mengingat akan kematian. Sebab kematian pasto menghampiri. Sejauh apapun berlari maka kematian akan memghampiri. Meski berada di balik tembok yang tinggi dan kokoh.

Tatkala kematian pada diri manusia telah menyelimuti, para mayat itu meminta untuk dilembalikan ke dunia untuk kembali melaksanakan amal saleh yang ditinggalkan selama hidup di dunia.

“Demi Allah ketika di masa itu, tidak ada kesempatan lagi,” tandasnya. (C1)

 

 

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *