CATATAN.CO.ID, Palangka Raya – Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Palang Raya menggelar simulasi Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) atau simulasi kegawatdaruratan akibat trauma dan atau gangguan sirkulasi pada sistim kardio-pulmonar, di halaman Rumkit Bhayangkara setempat, Selasa, 4 April 2023.
Kegiatan tersebut dimaksud untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan personel dalam menangani kasus kegawatdaruratan yang melalui Program Sharing Session Bidang Urusan Pendidikan dan Penelitiannya (Urdiklit).
Simulasi ini dilakukan oleh Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team) Rumkit Bhayangkara Palangka Raya yang diketuai oleh Aipda Romy Irawn Patiku, beserta tim dalam memberikan materi, praktik dan peningkatan kemampuan tentang BTCLS.
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Palangka Raya Kompol dr Anton Sudarto melalui Kepala Bidang Urusan Pendidikan dan Penelitian (Urdiklit) Penda Rusmawarti menyampaikan, simulasi ini diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme personel terutama perawat dalam penanggulangan kondisi kegawatdaruratan.
“Melalui pelatihan ini diperoleh penguasaan materi dan keterampilan sebagai bekal dalam memberikan pertolongan pada penderita atau pasien dengan kondisi kegawatdaruratan. Diharapkan, ini bisa memberikan bantuan kepada seluruh masyarakat. Sehingga bisa melakukan praktik nantinya di lapangan,” ujar Rusma saat di temui di sela-sela kegiatan.
Sementara itu, Ketua Tim Tanggap Darurat Aipda Romy Irawn Patiku, AMd.Kep., mengatakan, BTCLS merupakan pelatihan yang bertujuan untuk menangani masalah kegawatdaruratan akibat trauma dan atau gangguan sirkulasi pada sistim kardio-pulmonar.
Penanganan masalah tersebut ditujukan untuk memberikan bantuan hidup dasar. Sehingga dapat menyelamatkan jiwa dan meminimalisasi kerusakan organ serta mengurangi angka kematian dan kecacatan penderita.
Menurut Romy, kegawatdaruratan menjadi hal yang penting karena dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan pada siapa saja. Upaya mengatasi kegawatdaruratan pada penyelamatan jiwa dengan mempertimbangkan waktu, tantangannya adalah nyawa.
Kecepatan pemberian pertolongan akan sangat berpengaruh kepada keselamatan jiwa pasien dan apabila pertolongan terlambat diberikan akan berakibat kematian.
Oleh sebab itu, perawat harus mampu memberikan pertolongan pertama bagi penderita sebelum membawa ke tempat pelayanan kesehatan.
“Semoga melalui simulasi yang kami berikan ini, dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan skill para personel terutama perawat dalam mencapai ilmu keperawatan yang optimal”, harap Romy. (C1/*)