CATATAN.CO.ID, Sampit – Penumpukan pasien yang terjadi saat pengambilan obat di RSUD dr Murjani Sampit menjadi salah satu keluhan masyarakat yang dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPRD Kotawaringin Timur (Kotim). Kepala Instalasi Farmasi RSUD dr Murjani, Fahmi, menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan antrean panjang di apotek rumah sakit.
“Setelah dokter spesialis mengorder obat melalui sistem komputer, kami segera memprosesnya. Puncak antrean biasanya terjadi pukul 10-11 pagi, saat banyak pasien baru saja selesai mendapatkan layanan dari dokter spesialis,” kata Fahmi, Rabu, 6 November 2024.
Fahmi menjelaskan bahwa obat dalam bentuk kapsul atau tablet umumnya bisa disiapkan dengan cepat, tetapi obat racikan, terutama yang dibutuhkan di poli syaraf dan penyakit dalam, memerlukan waktu lebih lama karena proses peracikan yang membutuhkan ketelitian. Dengan jumlah pasien yang mencapai 500 orang per hari, layanan farmasi sering kewalahan.
“Jam kerja kami normalnya dari pukul 07.00 hingga 14.00 WIB, tetapi tenaga farmasi sering kali harus melayani hingga pukul 16.00, bahkan ada yang sampai Magrib karena banyaknya pasien,” tambah Fahmi.
Selain persoalan antrean obat, Fahmi juga merespons kekhawatiran Komunitas Peduli Kotim mengenai pengelolaan limbah medis RSUD dr Murjani. Ia menegaskan bahwa pengelolaan limbah medis rumah sakit sudah bekerja sama dengan pihak ketiga yang berstandar lingkungan.
“Limbah medis kami dikumpulkan dalam box khusus, kemudian diangkut dengan kendaraan tertutup oleh pihak transporter ke fasilitas pengolahan bersertifikat. Setelah proses selesai, kami menerima sertifikat sebagai bukti pengelolaan limbah yang aman,” jelas Fahmi.
RDP ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Umar Kaderi, serta perwakilan Komunitas Peduli Kotim, Kimia Farma, dan BPJS Kesehatan. Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal peningkatan pelayanan kesehatan di RSUD dr Murjani Sampit, demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang lebih baik. (C4)