Abah Guru KH Muhammad Asri, Tinggal dan Bermakam di Tengah Kebun Kelapa, Jadi Serbuan Ribuan Jemaah Saat digelar Haulnya

Antrean jemaah haul guru KH Muhammad Asri untuk naik ke perahu penyeberangan menuju makam, Minggu, 30 April 2023.
Antrean jemaah haul guru KH Muhammad Asri untuk naik ke perahu penyeberangan menuju makam, Minggu, 30 April 2023.

CATATAN.CO.ID, Sampit – Pagi yang cerah mengawali Minggu, 30 April 2023, di tepi Sungai Mentaya, Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

Ribuan masyarakat dari berbagai kalangan baik anak-anak, perempuan, tua, muda memadati dermaga penyebrangan Samuda-Pulau Hanaut.

Orang-orang tersebut merupakan ummat muslim yang ingin mengambil berkah menghadiri Haul Akbar Abah Guru KH Muhammad Asri bin H Ounder, yang berada di Desa Bebaung, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur.

Mereka rela antre untuk mendapatkan giliran menyebrang Sungai Mentaya menggunakan perahu kelotok yang disiapkan panitia gratis untuk para jemaah yang hadir.

Jemaah yang sudah lebih dulu menyebrang hingga ke Desa Bebaung, tidak langsung bisa mencapai ke areal haul. Mereka lebih dulu harus melintasi jalan yang lebarnya hanya sekitar 2 meter, dengan panjang berjalan kaki mencapai 1 kilometer.

Kecepatan jalan kaki juga sangat terbatas, karena membeludaknya manusia yang hadir ke haul yang ke-5 Abah Guru Asri tersebut.

“Nampaknya haul yang ke-5 ini merupakan yang terbanyak dibandingkan 3 gelaran sebelumnya. Mungkin karena Pandemi Covid-19 yang sudah tidak ada lagi,” kata Zainal, salah seorang jemaah.

Masyarakat yang rela berdesakan, rela antre, dan rela panas-panasan datang ke Haul Abah Guru Asri tersebut bukan tanpa sebab. Karena mereka ingin mendapatkan keberkahan melalui makamnya orang alim.

Karena almarhum dikenal sebagai ulama yang uzlah (mengasingkan diri). Semasa hidupnya, alim ulama tersebut hidup ditengah kebun kelapa. Bukan tanpa sebab jalan yang dipilihnya.

Demi menyelamatkan diri dari fitnah atau banyaknya maksiat, kebid’ahan, dan pelanggaran ajaran agama lainnya.

“Beliau mengajarkan kepada kita tentang uzlah. Ini dilakukan almarhum demi menjauhkan fitnah baik syubhat maupun syahwat,” ujar Dr Habib Segaf bin Hasan Bahrun, S.HI, M.HI, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Darullughoh Wadda’wah, saat tausiyah dalam haul akbar tersebut.

Kealiman almarhum dapat menjadi contoh bagi kita semua. Bahwasanya rezeki sudah diatur Allah. Dan Allah tidak akan mengurangi sedikitpun rezeki kita di dunia hingga maut menjemput.

“Almarhum yang tinggal di tengah hutan saja mendapatkan rezeki. Maka dari itu kita jangan takut. Karena yang terpenting kita harus bertaqwa kepada Allah,” kata Habib Segaf.

Dirinyapun berharap agar apa yang dilihat dan apa yang dilakukan oleh almarhum bisa menjadi contoh bagi jemaah yang hadir. Bahwasanya yang terpenting dalam hidup adalah taqwa kepada Allah dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. (C3)

hut kotim 72 catatan.co.id

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *