CATATAN.CO.ID, Sampit – Bupati Kotawaringin Timur, Halikinnor mengklarifikasi terhadap rencana program wisata “Mancing Buaya”. Dalam program ini mancing buaya bukan berarti menangkap buaya, tetapi menyajikan pertunjukan saat memberi makan buaya.
“Mancing buaya itu bukan berarti memancing lalu kita potong buayanya. Lalu, kita bagi-bagi daging atau kulitnya, Tidak begitu,” terangnya, Selasa 9 Januari 2024.
Dia menerangkan, dalam wisata mancing buaya, Nanti akan disediakan tali untuk menggantung umpan buaya di atas sungai, misalnya dengan bangkai ayam. Tentunya program tersebut bisa menjadi salah destinasi wisata yang potensial di Kotim.
“Nanti buaya itu akan menyambar umpan tersebut. Nah, ketika menyambar umpan itulah seni pertunjukan dapat dilihat. Dan begitu disambar umpannya, dia langsung menyelam,” tambah Halikin.
Dengan kata lain, program wisata “mancing buaya” itu juga berkaitan dengan upaya konservasi buaya di Kotim. Mengingat, buaya merupakan salah satu satwa purbakala yang dilindungi.
Kemudian, Halikinnor juga melihat seringnya fenomena warga yang diserang atau bahkan dimakan buaya. Menurutnya, hal itu juga bisa disebabkan buaya dalam keadaan sedang lapar dan habitatnya terganggu karena kompetisi sumber makanan di alam liar.
“Minggu depan saya akan lihat di Pulau Hanibung. Di Hanibung itu ada buaya besar dan juga bekantan. Jika memungkinkan dikumpulkan di sana, akan kami kumpulkan termasuk pawangnya. Dan binatang kalau sudah kenyang tidak akan memangsa manusia,” jelasnya.
Adapun, dia menyampaikan hal itu usai banyaknya komentar netizen di media sosial yang menurutnya salah kaprah terhadap wacana wisata “mancing buaya”. (C10)