CATATAN.CO.ID, Sampit – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tidak memilih untuk melakukan aksi di lapangan terlebih dahulu, namun mereka sudah mengirimkan perwakilan mereka untuk ikut aksi di pusat.
Pengurus di daerah inu mendatangi Komisi II DPRD Kabupaten Kotim audiensi. Mereka mengadukan persoalannya terkait dengan kondisi harga jual tandan buah segar (TBS) petani di Kotim yang anjlok dari sebelumnya.
Padahal sudah ada ketetapan harga yang dirembuk dan disepakati pemerintah provinsi agar ditindaklanjuti hingga ke kabupaten akan tetapi tidak terealisasi hingga kini.
Adapun kehadiran Apkasindo tersebut lengkap seluruh struktural kepengurusanya mulai dari ketua, sekretaris bendahara organisasi hingga anggota yang menaungi petani 7 kecamatan yang sudah terbentuk itu.
Ketua Apkasindo Kotim, Syamsir menyebutkan saat ini kondisi petani kelapa sawit yang bernaung di bawah mereka sedang meringis. Harga jual yang tidak seperti sebelumnya menjadi persoalan dan keluhan utama.
”Dampak dari penutupan kran ekspor terhadap hasil kelapa sawit ini sangat berdampak kepada kami di kalangan petani, sebagai tempat petani bernaung kami harus bertindak dan menyampaikan aspirasi ini kepada lembaga DPRD Kotim,”kata Syamsir.
Diungkapkan Syamsir mereka secara resmi melakukan aksi damai dari tingkat pusat hingga ditingkat daerah. Namun untuk di Kotim mereka memilih bertemu langsung dengan Komisi II DPRD Kotim untuk bisa menyalurkan aspirasi mereka itu kepada pemerintahan di semua tingkatan.
Menurut Syamsir penurunan penghasilan petani paska penutupan ekspor ini membuat 70 persen menyusutnya penghasilan mereka . saat ini harga TBS masyarakat hanya di kisaran Rp1.500-Rp1.800 perkilogramnya.
Sementara itu Wakil Ketua Apkasindo Untung meminta agar masalah ini jadi perhatian DPRD sehingga mereka bisa benar-benar menindaklanjuti keluhan para petani.
“Kotim adalah petani terbesar di Indonesia, sehingga dengan harga turun ini sangat berdampak, dan kami harap DPRD tidak membuat masyarakat jadi tidak percaya jika membiarkan masalah ini,” tegasnya.
Senada yang diungkap oleh Sekretaris Apkasindo Harnes Aser, dirinya meminta agar ada intervensi dari pemerintah agar harga bisa seperti sebelum di atas Rp 3.000 per kilogramnya.
Saat ini kata dia mereka mengurung niat tidak melakukan aksi, meski desakan petani saat kuat untuk turun ke lapangan.
Menurutnya harga turun sangat drastis sementara harga pupuk, racun masih melambung tinggi sehingga hasil sawit masyarakat tidak akan menutupi untuk biaya itu.
Bisa saja kata dia mereka nanti akan melakukan aksi besar-besaran manakala pemerintah membiarkan masalah ini.
Mumpung yang juga Humas Apkasindo mendesak agar DPRD Kotim bisa segera menindaklanjuti masalah ini, karena petani saat ini sudah dibuat resah, karena sangat berpengaruh dengan ekonomi masyarakat.
Mereka kata dia sangat bermohon agar DPRD khususnya Komisi II bisa menyampaikan aspirasi mereka yang mewakili petani sawit di Kotim. (C4)