Sekolah di Pedalaman Kotim Terendam Banjir Berulang, DPRD Minta Relokasi dan Pendataan Ulang

SP Lumban Gaol
Anggota Komisi III DPRD Kotim, SP Lumban Gaol.

CATATAN.CO.ID, Sampit – Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Sihol Parningotan Lumban Gaol, menyoroti kondisi SDN 1 Tumbang Tilap di Kecamatan Bukit Santuai yang setiap tahun menjadi langganan banjir. Banjir yang berulang kali terjadi itu tidak hanya menghambat kegiatan belajar mengajar, tetapi juga merusak sarana dan prasarana sekolah.

“Masalah ini harus segera ditindaklanjuti agar tidak terus terulang. Minggu depan kami akan melaksanakan reses selama satu minggu penuh, dan saya berharap pihak sekolah bisa menyampaikan langsung persoalan ini kepada anggota DPRD dari dapil lima,” ujar Gaol, Selasa, 14 Oktober 2025.

Politisi Partai Demokrat itu menegaskan bahwa aspirasi masyarakat yang disampaikan saat kegiatan reses akan menjadi bahan pertimbangan utama dalam penyusunan program prioritas daerah pada anggaran tahun berikutnya.

Sihol juga mendorong pihak sekolah agar segera mengirimkan surat resmi kepada Komisi III DPRD Kotim, lengkap dengan foto dan dokumentasi kondisi sekolah, untuk dijadikan bahan kajian teknis oleh pemerintah daerah.

“Data visual dan laporan resmi sangat penting sebagai dasar kajian pemerintah untuk menentukan langkah tepat. Apakah perlu relokasi ke lokasi yang lebih tinggi, atau cukup dengan meninggikan lantai bangunan sekolah,” jelasnya.

Menurut SP Lumba Gaol, banjir musiman memang sering melanda wilayah pedalaman Kotim, terutama di permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai. Namun, dengan semakin berkembangnya infrastruktur dan akses darat, ia menilai sudah saatnya dilakukan penataan ulang tata ruang permukiman dan fasilitas publik agar sekolah, puskesmas, serta kantor desa tidak lagi berada di zona rawan banjir.

“Ke depan, perlu dipertimbangkan agar seluruh fasilitas publik, termasuk sekolah, direlokasi ke kawasan yang lebih aman dan bebas dari banjir,” tegasnya.

Selain itu, dia juga meminta Dinas Pendidikan Kotim untuk melakukan inventarisasi menyeluruh terhadap bangunan sekolah yang rusak atau tidak layak pakai. Ia mengingatkan agar persoalan infrastruktur pendidikan tidak hanya muncul ketika sudah viral di media sosial.

“Kalau pendataan dilakukan rutin, kita bisa menetapkan skala prioritas pembangunan dengan lebih terencana. Jangan sampai baru bertindak setelah kondisi sekolah rusak berat atau jadi sorotan publik,” tandasnya.

Untuk diketahui, SDN 1 Tumbang Tilap mengalami banjir empat hingga lima kali setiap tahun. Banjir terakhir terjadi pada 10–16 September 2025, dengan ketinggian air mencapai selutut hingga sepinggang orang dewasa, sehingga kegiatan belajar terpaksa dihentikan dan siswa belajar dari rumah.

Sekolah ini hanya memiliki tiga ruang kelas berbahan kayu, dan bahkan memanfaatkan rumah guru serta bekas WC bantuan PNPM sebagai ruang belajar tambahan. Lantai kayu cepat lapuk akibat terendam air berulang kali, membuat kondisi bangunan semakin memprihatinkan.

“Kami berharap pemerintah benar-benar memperhatikan kondisi ini, karena anak-anak di pedalaman juga berhak mendapatkan lingkungan belajar yang aman dan layak,” pungkasnya. (C-A)

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *