CATATAN.CO.ID, Sampit – Miris! Para santri di Pondok Pesantren Tahfizul Qur’an Datul Imam, Desa Babaung, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), terpaksa mandi di sungai yang diketahui sebagai habitat buaya. Hal ini terjadi karena kurang fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang memadai.
Kepala BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, mengatakan lokasi para santri mandi di Sungai Bebaung sangat rawan karena hanya berjarak sekitar 400 hingga 500 meter dari muara Sungai Mentaya. Sungai itu merupakan lintasan buaya, dan beberapa kali buaya berukuran besar dilaporkan terlihat di area tersebut.
“Dari pantauan kami, tempat para santri mandi adalah lokasi paling rawan serangan buaya. Kami kasihan melihat mereka mandi di lanting, padahal buaya sering muncul di sekitar situ,” ujar Muriansyah, Kamis, 24 April 2025.
Menurutnya, para santri sudah menyampaikan permintaan kepada pihak BKSDA agar dibantu pengadaan bak mandi tambahan. Saat ini hanya tersedia satu bak mandi dengan kondisi rusak dan tidak layak digunakan. Bak tersebut memiliki ukuran sekitar 5×5 meter dengan tinggi sekitar satu meter.
Dalam upaya pencegahan, tim BKSDA bersama lima staf PT Rimba Makmur Utama memasang 10 spanduk imbauan di titik-titik rawan Sungai Mentaya. Spanduk tersebut dipasang yakni di Desa Hanaut 3 titik, Desa Bapinang Hulu sebanyak 2 titik, Desa Babaung sebanyak 2 titik, Desa Bapinang Hilir sebanyak 1 titik, Desa Bamadu 1 titik dan Desa Penyaguan sebanyak 1 titik.
Tim juga melakukan koordinasi dengan pihak kecamatan, kepala desa Hanaut dan Babaung, serta memberikan edukasi langsung kepada warga dan santri yang ditemui selama kegiatan.
“Kami juga memberikan arahan langsung kepada para santri agar selalu waspada, karena buaya bisa berpindah dari sungai besar ke sungai kecil terutama jika habitat dan pakannya terganggu,” kata Muriansyah.
Kegiatan ini disaksikan oleh aparat kecamatan, pemerintah desa, dan Bhabinkamtibmas Polsek Pulau Hanaut.
Pihak BKSDA kembali mengingatkan warga agar tidak melakukan aktivitas MCK di sungai, membuang bangkai binatang, maupun sampah rumah tangga ke sungai karena dapat menarik perhatian buaya.
“Kami harap ada perhatian lebih terhadap kondisi pondok pesantren ini, terutama untuk menyediakan fasilitas MCK yang aman bagi para santri,” tutup Muriansyah. (C1/*)