CATATAN.CO.ID, Sampit – Transformasi besar dalam dunia pendidikan Kotawaringin Timur (Kotim) tengah berlangsung, dipimpin oleh Minarni, S.Kom., M.M., dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Darwan Ali. Melalui integrasi teknologi Augmented Reality (AR) dan Metaverse, Minarni tidak hanya merevolusi metode pembelajaran, tetapi juga membawa misi besar: melestarikan budaya lokal melalui pendekatan teknologi modern.
Inovasi yang diinisiasi Minarni ini berhasil mempertemukan dua dunia: pendidikan yang modern dan pelestarian budaya yang tradisional. Lewat penelitian inovatifnya yang berjudul AR Wisata Alam, Sejarah dan Budaya Kalteng serta Metaverse Rumah Adat Tumbang Gagu Kalimantan Tengah, Minarni membuktikan bahwa teknologi canggih dapat menjadi jembatan efektif untuk menjaga warisan sejarah lokal agar tetap relevan bagi generasi muda.
Minarni, yang dua kali berturut-turut meraih hibah penelitian Dosen Pemula dari Ristekdikti, tidak hanya berhenti di penelitian. Ia melanjutkan visinya melalui program pengabdian masyarakat yang ditujukan kepada para guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA-SMA di Kotim. Tujuannya adalah menjadikan para guru sebagai agen perubahan, yang dapat memperkenalkan dan mengembangkan AR dan Metaverse di lingkungan sekolah mereka.
“Harapan saya, para guru ini bisa menjadi pionir yang menularkan pengetahuan teknologi ini di seluruh Kotim,” jelas Minarni. Ia menekankan bahwa pelatihan ini tidak hanya sebatas mengajarkan teknologi, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal.
Pelatihan ini dilakukan dengan pendekatan intensif, memastikan setiap guru tidak hanya memahami konsep AR dan Metaverse, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran. Salah satu produk unggulan yang dihasilkan adalah The Wonders of Tumbang Gagu, buku cerita sejarah berbasis AR yang memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan representasi 3D Rumah Adat Tumbang Gagu.
Pelatihan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi, tetapi juga membawa perubahan besar dalam cara siswa belajar sejarah dan budaya lokal. Minarni percaya bahwa dengan menyajikan materi sejarah melalui media interaktif seperti AR, siswa akan lebih antusias dan terlibat dalam pembelajaran.
Pelatihan yang telah berlangsung hingga September ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Jumlah peserta yang terus meningkat menandakan tingginya minat guru untuk menguasai teknologi AR dan Metaverse. Banyak guru yang merasa terbuka wawasannya, menyadari bahwa teknologi bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk memperkaya pembelajaran di kelas.
Keberhasilan Minarni membuktikan bahwa inovasi teknologi dalam pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek modernisasi, tetapi juga mampu melestarikan warisan budaya daerah. Dengan pendampingan yang intensif, para guru di Kotim kini siap membawa perubahan signifikan ke dalam ruang kelas mereka. Mereka tidak hanya mengajarkan keterampilan teknologi, tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang pentingnya menjaga budaya dan sejarah lokal.
Kotawaringin Timur kini telah membuktikan diri sebagai pionir dalam integrasi teknologi AR dan Metaverse di sektor pendidikan. Upaya Minarni dan para guru TIK di Kotim bisa menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia, bagaimana teknologi canggih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih mulia: melestarikan budaya lokal di era digital.
Melalui semangat inovasi ini, pendidikan di Kotim tidak hanya maju secara teknologi, tetapi juga semakin kaya dengan nilai-nilai budaya yang lestari. Teknologi menjadi alat yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk bangga dengan warisan lokal mereka. (C1/*)