CATATAN.CO.ID, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyiapkan langkah antisipasi menghadapi musim kemarau 2025 yang diprediksi bersifat normal, namun berpotensi menimbulkan dampak serius seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Bandar Udara H Asan Sampit, Mulyono Leo Nardo, menjelaskan bahwa musim kemarau di Kotim akan datang secara bertahap, dimulai dari wilayah selatan pada Juni dasarian II, wilayah tengah pada Juni dasarian III, dan wilayah utara pada Juli dasarian I.
“Untuk tiga wilayah ini, awal musim kemaraunya berbeda-beda,” ujar Leo Nardo, belum lama ini.
Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus 2025. Meski lebih singkat dibandingkan tahun 2024, kemarau tahun ini diprediksi lebih kering karena tidak dipengaruhi oleh fenomena La Nina seperti tahun lalu.
“Potensi kebakaran tahun ini lebih tinggi karena kemarau bersifat netral, sehingga curah hujan akan lebih sedikit,” tambahnya.
Saat ini, wilayah Kotim masih dalam musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga Mei 2025. Namun, pada akhir Mei, daerah ini akan memasuki masa pancaroba atau peralihan menuju musim kemarau.
“Meski hujan dengan intensitas sedang masih terjadi, itu merupakan tanda peralihan ke musim kemarau,” jelas Leo Nardo.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, Multazam, menyatakan pihaknya telah meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi lintas sektor untuk menghadapi musim kemarau.
“Kalau tahun lalu fokus kita lebih banyak pada penanganan karhutla, tahun ini kita juga harus waspada terhadap dampak kekeringan, khususnya di lahan pertanian,” ujar Multazam.
Ia menjelaskan, kemarau yang terlalu panas bisa berdampak buruk pada produksi pertanian. Oleh karena itu, pemerintah daerah menekankan pentingnya menjaga ketersediaan air agar tanaman tetap tumbuh subur hingga masa panen.
“Musim kemarau berisiko menurunkan hasil pertanian. Ini menjadi perhatian kita karena sektor pertanian berperan penting dalam mendukung program swasembada pangan nasional,” tegasnya.
Pemerintah daerah juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan dan terus meningkatkan kesadaran terhadap potensi bencana saat musim kemarau.(C1/*)