CATATAN.CO.ID, Sampit – Bupati Kotim, Halikinnor sedikit flashback atau kilas balik ke medio sekitar Tahun 1987, saat isterinya, Khairiyah Halikinnor masih berjuang sebagai perawat.
“Istri saya juga seorang perawat. Tahun 1987, dulu kalo ke Kota Besi 3,5 jam naik kelotok, tidak ada transportasi lain. Jadi, kalau ada yang sakit ataupun luka. Isteri saya berjuang sebagai perawat untuk membantu,” katanya, Minggu, 12 Maret 2023.
Kisah tersebut ia utarakan kala memberikan sambutan pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Provinsi Kalimantan Tengah di Hotel Aquarius Boutique Sampit, Jalan Jenderal Sudirman, Sampit.
Apa yang diungkapkan Halikin benar-benar menggambarkan beratnya perjuangan para perawat, terutama yang bekerja di daerah pelosok.
“Pekerjaan yang sangat berat tapi mulia, bahkan image pelayanan kesehatan ada di perawat. Jika pelayanannya baik, orang juga akan senang,” kata Halikin.
Tak ayal, diakuinya banyak perawat yang tidak mampu bertahan saat ditugaskan ke daerah pelosok. Karena harus berhadapan dengan minimnya fasilitas pendukung.
“Perawat di Kotim 1.400 lebih. Itu pun belum cukup, masih ada beberapa Puskesmas pembantu, atau pustu yang belum ada perawatnya,” kata Halikin.
Maka dari itu, ia menginginkan anak-anak di desa yang ingin menjadi perawat bisa difasilitasi untuk mengenyam pendidikan di bidang keperawatan. Agar kelak, mereka bisa mengabdi di desanya.
Adapun, Rakerwil yang diselenggarakan di Hotel Boutique Sampit itu sebagai salah satu rangkaian kegiatan peringatan HUT Ke-49 PPNI. Rakerwil itu turut dihadiri Ketua DPW PPNI Kalteng, Riduan.
“Rapat Kerja ini kan dalam rangka penguatan organisasi. Karena perawat itu banyak dan berfungsi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat,” demikian Riduan. (C10)