CATATAN.CO.ID, Sampit – Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tahun 2025 menjadi catatan penting dalam dunia pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Sebanyak 295 pelajar dari 27 sekolah tingkat SMA, MA, dan SMK ambil bagian dalam ajang tahunan ini, menjadikannya rekor jumlah peserta terbanyak sepanjang pelaksanaan FLS3N di daerah tersebut.
Kegiatan yang berlangsung di Madrasah Aliyah Kotim, Jalan Jenderal Sudirman, itu menjadi panggung ekspresi seni dan sastra bagi para pelajar dari berbagai kecamatan, termasuk Mentaya Hulu, Parenggean, dan Mentaya Hilir Selatan. Mereka berlaga di 15 cabang lomba mulai dari komik digital, film pendek, tari kreasi, hingga musik tradisional.
“Ajang seperti ini sangat penting untuk pengembangan bakat siswa. Ini bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga bagian dari proses pembentukan karakter dan kreativitas anak,” ujar Kepala Kementerian Agama Kotim, Nur Widiantoro, Selasa, 20 Mei 2025.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kotim, Kodarahim, mengungkapkan optimismenya terhadap pelaksanaan FLS3N kali ini. Ia menilai antusiasme peserta sangat tinggi dan berharap lebih banyak sekolah bisa bergabung tahun depan.
“Ini momentum yang sangat baik. Kami berharap tahun depan lebih banyak sekolah bisa berpartisipasi agar semakin semarak,” ujarnya.
Kepala MAN Kotim, Jainuddin, menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi banyak pihak yang peduli terhadap perkembangan potensi siswa. “FLS3N bukan sekadar lomba, tapi ruang untuk membentuk mental dan kepercayaan diri peserta didik,” katanya.
Sementara itu, Kasubbag Umum dan Kepegawaian Disdik Kotim, Prapti Budi Astuti, menyampaikan harapan agar dari ajang ini lahir bibit unggul di bidang seni dan sastra yang bisa membawa nama Kotim ke level provinsi maupun nasional.
“Kami optimis akan muncul banyak talenta yang bisa berkompetisi di level lebih tinggi,” ucapnya.
FLS3N 2025 membuktikan bahwa seni masih memiliki tempat penting dalam sistem pendidikan. Di tengah tuntutan akademik dan derasnya arus digitalisasi, ajang ini menjadi pengingat bahwa ekspresi, kreativitas, dan budaya tetap relevan serta layak mendapat ruang.(CA/*)