Empat Kasus Serangan Buaya di Kotim Hingga Awal Mei 2025

Samsul Anwar saat mendapatkan perawatan medos di Puskesmas Bagendang
Samsul Anwar saat mendapatkan perawatan medsos di Puskesmas Bagendang

CATATAN.CO.ID, Sampit – Serangan buaya terhadap manusia kembali terjadi di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah. Hingga awal Mei 2025, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit mencatat sudah empat kasus serangan buaya di daerah tersebut.

Kasus terbaru menimpa seorang warga bernama Samsul Anwar di Sungai Sampit, Desa Ramban, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Sabtu malam (3/5). Saat hendak berwudhu menjelang salat Isya, korban disambar buaya dan mengalami luka parah di tangan kanan, yang mengharuskan penjahitan sebanyak 15 jahitan. Beruntung, korban berhasil menyelamatkan diri dan kini telah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan di Puskesmas Bagendang.

Kepala BKSDA Resort Sampit Muriansyah, menyatakan pihaknya segera turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan langkah pengamanan pascakejadian.

“Kami mengimbau masyarakat agar menghindari aktivitas di tepi sungai, terutama saat pagi dan malam hari. Serangan buaya kini semakin sering terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, pada April 2025, insiden serupa terjadi di Desa Hanaut, Kecamatan Pulau Hanaut. Seorang warga Desa Babaung menjadi korban dan ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa setelah di lakukan pencarian oleh tim gabungan.

Kasus lainnya terjadi pada Januari 2025 di Sungai Pasir, Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit. Dua orang warga mengalami luka akibat gigitan buaya di bagian tangan dan kaki.

Dari empat kasus yang tercatat sepanjang tahun ini, satu korban meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka-luka. BKSDA menegaskan agar warga tidak lagi melakukan mandi, cuci, dan buang air (MCK) di Sungai Mentaya maupun anak-anak sungainya, yang kini dinilai tidak lagi aman untuk aktivitas manusia.

“Kesadaran bersama dan langkah preventif harus segera dilakukan. Kami juga akan terus melakukan patroli dan sosialisasi ke desa-desa terdampak,” tambah Muriansyah.

Dengan meningkatnya jumlah kasus dalam kurun waktu lima bulan terakhir, warga diharapkan meningkatkan kewaspadaan dan tidak meremehkan potensi ancaman dari hewan liar di sekitar habitat alami mereka. (C1/*)

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *