CATATAN.CO.ID, Sampit – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) terus mempercepat pengembangan Bandara H. Asan Sampit sebagai langkah strategis untuk meningkatkan konektivitas dan perekonomian daerah. Persiapan lahan dan pemenuhan persyaratan teknis dilakukan secara bertahap demi memenuhi standar keselamatan penerbangan.
Pelaksana tugas (Plt) Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Kotim, Rody Kamislam, mengatakan bahwa pertemuan dengan Kementerian Perhubungan menghasilkan komitmen dukungan terhadap pengembangan bandara, dengan catatan sejumlah syarat harus dipenuhi oleh pemerintah daerah.
“Persyaratan utamanya adalah keamanan runway dari gangguan aktivitas manusia, perpanjangan landasan pacu, dan relokasi gedung PK yang saat ini menghambat manuver pesawat berbadan besar seperti Boeing 737-800 atau Airbus,” jelas Rody, Jumat, 23 Mei 2025.
Ia menyebutkan, dari total 8 hektare lahan yang dibutuhkan untuk perpanjangan landasan pacu, sekitar 5 hektare telah diselesaikan dan diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
“Sementara sisanya, sekitar 1,8 hektare untuk gedung PK, sedang dalam proses penyelesaian oleh Dinas Cipta Karya. Seluruh lahan ini akan segera kami serahkan agar Kementerian dapat menyusun perencanaan proyek secara menyeluruh,” tambahnya.
Rody menegaskan bahwa master plan pengembangan Bandara H. Asan telah rampung sejak 2024. Pemerintah daerah bahkan telah menyiapkan jalan fungsional sebagai jalur alternatif di sisi darat Jalan Tjilik Riwut sejak era Bupati Supian Hadi.
“Ketika landasan pacu diperpanjang dan jalan lama harus ditutup permanen, jalur alternatif itu sudah siap digunakan,” ujarnya.
Saat ini, panjang runway Bandara H. Asan masih 2.060 meter. Pemkab Kotim mengusulkan perpanjangan hingga 2.300 meter, dengan target realistis 2.200 meter, agar pesawat berbadan besar dapat mendarat dengan aman.
“Jika tidak memenuhi standar keselamatan, maskapai tidak akan berani mengoperasikan pesawat besar ke sini. Ini bukan soal kemewahan fasilitas, tetapi menyangkut keselamatan,” tegas Rody.
Meski aktivitas penerbangan meningkat, bandara ini masih dilayani oleh satu maskapai penerbangan. Keterbatasan fasilitas menjadi faktor penghambat hadirnya maskapai lain.
“Bagaimana maskapai lain mau masuk kalau fasilitasnya belum mendukung? Kita harus serius mendorong pengembangan ini,” pungkasnya.(CA/*)