CATATAN.CO.ID, Sampit – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur akan mengecek kondisi 20 embung yang ada di Kotim, guna mengantisipasi ancaman kekeringan pada tahun ini.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur, Agus Mulyadi. Ia mewakili Kepala BPBD Kotim, Rihel.
“Yang belum masih embung. Embung yang ada di kota ini ada 17 embung. Dan juga ada tambahan di 3. Jadi, ada 20 embung masih belum kita cek. Apakah bisa dipakai apa belum,” ujarnya, Jumat 17 Februari 2023.
Sambungnya, embung tersebut perlu dicek kondisinya. Apakah kondisi air di embung tersebut tertutup sampah atau apakah kedalamannya kurang.
“Inshaallah, kami berkoordinasi dengan kecamatan atau pihak instansi terkait untuk bisa mendalami lagi embung tersebut. Agar, pada saat kekeringan itu bisa kita gunakan sebagai sumber untuk pemadaman,” terang Agus.
Disampaikannya, Kotim diprediksi bakal mengalami musim kemarau panjang. Karenanya, ia mengingatkan untuk mewaspadai potensi terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kita diperingatkan dari BMKG bahwasanya pada tahun ini kemarau panjang. Bahkan, mungkin disamakan dengan 2019. Jadi, kita tetap harus waspada untuk siaga bencana,” ujarnya.
Meski begitu lanjutnya, jika melihat kondisi saat ini memang hampir setiap hari hujan. Sehingga berdasarkan pantauan timnya, laporan kejadian pun tidak ada dan titik-titik panas atau hotspot nol.
Ia pun menginformasikan, tahun ini diperkirakan Kotim akan mulai masuk musim kemarau pada Mei 2023 mendatang.
“BPBD sendiri sudah mempersiapkan, baik personel, peralatan maupun kegiatan sosialisasi juga persiapan untuk mengecek tempat-tempat dan sumur bor yang ada di Kotim,” jelas Agus Mulyadi.
Sebagai informasi, ia bersama personelnya baru saja mengikuti apel siaga pengendalian bencana di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Rabu, 15 Februari 2023.
Apel siaga tersebut ditujukan untuk menghadapi ancaman potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla), banjir, gempa bumi, tsunami, dll. Pada apel siaga tersebut, para peserta juga mengikuti simulasi terjadinya bencana karhutla. (C10)