Tolak Damai, Kades Kabuau Konsisten Lawan Premanisme: “Ini Soal Marwah Jabatan”

Ilustrasi pemeriksaan saksi kasus pemukulan Kades Kabuau di Polsek Parenggean.
Ilustrasi pemeriksaan saksi kasus pemukulan Kades Kabuau di Polsek Parenggean.

CATATAN.CO.ID, Sampit – Kepala Desa Kabuau, Mobi Lala, menegaskan tidak akan mencabut laporannya atas dugaan penganiayaan yang dialaminya, meskipun telah dua kali dipanggil oleh penyidik Unit Reskrim Polsek Parenggean. Ia memilih menolak upaya damai demi menjaga marwah jabatan dan mendukung semangat warga melawan aksi premanisme di desanya.

“Dua kali saya dipanggil. Hari pertama saya dan dua saksi dimintai keterangan, dari pukul 13.30 sampai 16.30 WIB,” ujar Mobi saat dikonfirmasi, Minggu, 18 Mei 2025.

Namun, pada pemanggilan berikutnya, ia mengaku tidak lagi diperiksa sebagai saksi. Sebaliknya, penyidik menyarankan agar kasus diselesaikan secara kekeluargaan melalui pendekatan Restorative Justice (RJ).

“Saya tahu apa itu RJ, tapi saya tolak. Ini bukan sekadar soal saya dipukul. Ini soal prinsip. Kalau saya terima damai, sama saja saya mengkhianati warga yang mendukung saya melawan aksi premanisme,” tegasnya.

Insiden pemukulan terjadi saat Mobi tengah berdiskusi dengan kapten kapal di dalam dek. Saat itu ia mengenakan pakaian dinas dan sedang menjalankan tugas. Tiba-tiba, seorang warga datang dan langsung melayangkan pukulan ke wajahnya.

“Untung ada warga lain yang meredam. Saya hanya sedikit merasa sakit, tapi yang saya perjuangkan adalah martabat jabatan. Tidak bisa didiamkan,” katanya.

Ia menegaskan laporan tersebut akan tetap dilanjutkan dan tidak akan ada kata damai. (C19)

BERITA TERKAIT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *