CATATAN.CO.ID, Sampit – Empat motor meraung di Jalan Jenderal Sudirman, menuju kilometer 18, pintu masuk sebelum titik penyeberangan di Desa Rasau Tumbuh. Empat motor itu ditunggangi rider pewarung bukan petarung dari komunitas HNR Kotim yang dikomandoi, Raihansyah a.k.a Nnncah 95, diikuti Andri Rizky Agustian a.k.a Ary 58, Adi Wahyudi a.k.a Bray 57, dan Doddy Siswanto a.k.a Dos12.
Keempat rider ini menempuh jarak sekitar 211 km menuju titik Desa Tumbang Penyahuan, Kecamatan Bukit Santuai. Selain untuk bersilaturahmi dengan warga desa, para pecinta trail ini sekaligus juga untuk menikmati suasana alam di kawasan hutan Desa Tumbang Penyahuan. Perjalanan itu dimulai dari Selasa, 24 Januari 2023.
Hujan yang mengguyur jalur menuju desa itu membuat jalan licin. Ditambah lagi dengan jalur naik turun disertai tikungan tajam, karena melintasi kawasan perbukitan. Dan ini menjadi tantangan rider. Untungnya, jalur itu bisa dilewati dengan lancar hingga rider tiba di kediaman Ahmad, warga Desa Penyahuan yang menyambut dengan ikan asin disertai sambal yang nikmat.
Ahmad pun menjadi pemandu tim HNR, disertai 3 rider asal Kuala Kuayan dan Penyahuan yakni Roby, Pandi, dan Rando menuju lokasi camping atau berkemah.
“Kita mencari pantai atau gosongan di tepian sungai desa ini, untuk mendirikan kemah,” kata Raihansyah, pimpinan rombongan trail HNR kali ini.
Lantaran air sungai sedang pasang, titik landai untuk berkemah pun baru bisa dicapai sekitar 1 jam menggunakan perahu kecil bermesin atau perahu ces.
Tim pun baru bisa mendirikan kemah sekitar pukul 17.30 WIB, di lokasi yang dinamai Teluk Beringin Tunggal.
Kehangatan terasa saat berkemah. Suasana pertemanan penuh dengan kekeluargaan pun terasa. Apalagi ketika menikmati hasil pancingan bersama maupun kopi dan teh yang diseduh.
Suasana berkemah memang terasa sepi, karena lokasi persis berada di bawah pohon beringin. Ditambah lagi gelapnya malam, meski sudah dibantu dengan lampu cadangan yang dibawa rider.
Malam berkemah itu pun bisa dilewati dengan obrolan ringan diselingi cerita lucu, serta memancing ikan baung yang menjadi bukti kekayaan alam Desa Tumbang Penyahuan.
Paginya, tim baru dikejutkan dengan cerita Ahmad, warga Penyahuan yang menjadi pemandu menyusuri sungai kecil menuju titik kemah itu.
“Sebetulnya ini tempat yang bisa dikatakan angker. Karena jadi tempat orang mencari kayu untuk peti mati. Persis di bukit seberang kita berkemah ini. Banyak yang melihat hal-hal aneh seperti penampakan. Makanya saya tidak cerita tadi malam, pagi ini baru cerita,” kaya Ahmad seraya tersenyum kecil yang disambut ekspresi kaget dari tim HNR Kotim.
“Untung tahunya sudah pagi. Kalau tadi malam dengar cerita ini, mungkin lain ceritanya,” kata Adi Wahyudi menimpali.
Camping pagi itu pun dilanjutkan dengan kegiatan memancing di beberapa titik. Puluhan ikan berhasil didapatkan. Disajikan dengan caraya dibakar serta ditaburi bumbu instan dan kecap, rasa ikan menjadi sangat nikmat. Hingga akhirnya tim berkemas dan kembali ke Kota Sampit.
“Banyak lokasi di Kotawaringin Timur yang menyuguhkan pemandangan alam luar biasa. Salah satunya di Bukit Santuai ini. Makanya dengan cara ini, kami mengajak masyarakat untuk mengeksplor Kotim. Untuk menikmati keindahan-keindahan alamnya,” pungkas Raihansyah a.k.a Nnncah 95. (CA)