CATATAN.CO.ID, Sampit – Kurikulum Merdeka dinilai mampu menjadi alat untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis dan gotong royong pada anak. Pendapat ini dinyatakan Kepala SMP Negeri 1 Sampit, Hj. Maspa Huluhawa S.Pd, M.M.
Dia mengatakan, Kurikulum Merdeka membuat anak bersikap kritis. Bahkan, secara tidak langsung, kurikulum ini mengajarkan anak untuk membuat suatu karya seperti penelitian.
“Kelebihannya adalah membuat anak lebih kritis. Saya sudah melihat anak-anak itu sudah diajarkan tentang apa yang akan mereka lakukan di kemudian hari. Dia gini, lebih bisa kearah penelitian. Jadi arahnya menunjukkan bahwa anak itu sudah bisa menghasilkan sesuatu,” ujar Maspa, Selasa, 20 September 2022.
Maspa menambahkan, Kurikulum Merdeka juga dapat menumbuhkan sikap gotong royong. Sikap saling bekerja sama dengan temannya untuk mengasilkan sesuatu.
Alhasil, jika sudah terlatih untuk gotong royong dan bekerja sama, anak-anak tersebut dapat menumbuhkan mental yang adaptif dalam kerja sama tim. Mereka menjadi mudah beradaptasi untuk bekerja sama dengan siapapun bagaimanapun karakter partner kerja mereka. Dengan begitu pula, tidak ada lagi anak murid yang tertinggal dalam pembelajaran kelas.
“Paling penting dari kerja sama itu adalah misalnya dalam kerja kelompok, saya (sebagai anak murid) kerja kelompok harus menghasilkan sesuatu dengan nilai yang sama, sehingga semua anak harus bisa, tidak ada lagi yang tertinggal,” ujar dia.
Terlebih dalam kurikulum ini, terdapat keunggulan lain yang juga menonjol, yakni mampu menumbuhkan kemampuan presentasi pada anak. Jadi sifat pembelajarannya menjadi dua arah. Tidak seperti kurikulum terdahulu yang masih didominasi oleh peran guru.
“Kalau yang dulu-dulu kita sekolah hanya duduk dan mendengarkan saja. Disuruh bertanya tidak tau apa yang ditanya. Akhirnya yang bertanya guru dan yang menjawab pun juga guru. Untuk saat ini tidak lagi seperti itu,” ucap Kepsek. (C10)
