CATATAN.CO.ID, Sampit – Potensi konflik antara satwa liar dan manusia di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, masih tinggi pada tahun 2022 ini. Ini mengingat satwa liar yang masih terdesak karena rusaknya habitatnya sehingga mendekati permukiman masyarakat.
“Konflik antara manusia dan satwa liar seperti buaya, orangutan dan beruang madu sepertinya akan terus berlanjut,” ungkap Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit, Muriansyah, Senin, 3 Januari 2022.
Namun pihak BKSDA berharap hal tersebut dapat diminimalisasi dengan sejumlah upaya masyarakat yang tinggal di kawasan rawan terjadi kemunculan satwa liar.
Salah satunya dengan mengubah pola hidup tidak membuang sampah sembarangan sekitar sungai atau semak yang dapat mengundang kedatangan satwa liar. Hingga berpotensi mengakibatkan gangguan hingga serangan.
Selain itu perlu upaya agar masyarakat mengurangi aktivitas mandi cuci kakus di sekitar Sungai Mentaya dan anak sungainya. Ini untuk menghindari korban karena konflik dengan satwa liar seperti buaya. Terutama di wilayah-wilayah rawan konflik.
“Tapi alhamdulilah mendekati akhir tahun 2021 tadi tidak ada laporan gangguan kemunculan buaya, beruang, maupun orangutan,” ungkap Muriansyah.
BKSDA berharap hal ini menjadi tren positif hingga tahun 2022 ini. Sehingga tidak ada konflik antara manusia dengan satwa liar, dan tak ada korban luka maupun jiwa akibat serangan satwa liar yang kian terdesak habitatnya. ( C1)